Press Release : Seminar Estetik #4 di Padangpanjang

 

Sebagai lembaga budaya negara di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Galeri Nasional Indonesia mengemban tugas dan fungsi antara lain menyelenggarakan pengkajian, pelaksanaan layanan edukasi, kemitraan, serta pendokumentasian dan publikasi di bidang seni rupa. Dalam merealisasikan tugas dan fungsi tersebut, langkah yang ditempuh salah satunya adalah menggelar Seminar Estetik yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun. Program Seminar Estetik Galeri Nasional Indonesia ditujukan untuk mendukung perkembangan seni rupa Indonesia, khususnya dalam memberikan bahan-bahan bacaan dan pemikiran bagi para pelaku seni rupa (seniman, kurator, sejarawan seni, serta para pengamat) sehingga dapat mengenal lebih jauh dan mendalam tentang berbagai praktik seni rupa masa kini melalui perspektif filsafat (estetika). Hal tersebut membuktikan upaya konsisten Galeri Nasional Indonesia dalam menghimpun para peminat dan pemerhati bidang kajian estetika di Indonesia, khususnya pendidikan seni rupa, sekaligus menunjukkan peran aktif Galeri Nasional Indonesia dalam mengembangkan seni rupa di negeri ini.

Seminar Estetik pertama kali diselenggarakan di Jakarta (2014), kemudian Seminar Estetik #2 (2015) di tiga kota yaitu Yogyakarta, Bandung, dan Bali, serta Seminar Estetik #3 (2017) di Surakarta. Tahun 2018 ini, Seminar Estetik #4 akan digelar pada 18–19 Juli 2018 di Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Sumatra Barat, tepatnya di Ruang Seminar Lantai III, Gedung Rektorat ISI Padangpanjang, Jalan Bahder Johan, Guguk Melintang, Padangpanjang Sumatra Barat. Seminar ini merupakan hasil kerja sama Galeri Nasional Indonesia dan ISI Padangpanjang, Sumatra Barat.

Seminar Estetik #4 akan mengangkat tema “Cita Rasa: Seni Rupa di Era Pluralisme Estetik”. ‘Cita rasa’, atau taste, adalah tilik kajian yang paling penting serta mendasar dalam bidang kajian filsafat keindahan atau estetika. Berbagai diskusi tentang pemikiran dan pengalaman mengenai keindahan (beauty), pada akhirnya, akan juga merujuk pada simpul pemahaman yang dikenal sebagai ‘cita rasa’ (taste) yang kemudian berkembang dalam berbagai cara penafsiran dalam praktiknya bersifat personal serta memuat pengalaman nilai-nilai yang bersifat universal. Membicarakan kembali dimensi-dimensi persoalan mengenai cita rasa (taste) di masa kini dirasakan penting menimbang kondisi perkembangan seni rupa saat ini yang telah menghasilkan karya-karya dan pengalaman seni yang beraneka ragam sekaligus membawa nilai-nilai pemahaman yang semakin kompleks. Membicarakan persoalan cita rasa dibayangkan mampu mengantar kembali pada sendi-sendi persoalan mendasar dalam pemahaman seni, keindahan, maupun kajian estetika yang tercermin melalui keanekaragaman ekspresi seni yang berlangsung saat kini.

Gagasan tentang tema “Cita Rasa: Seni Rupa di Era Pluralisme Estetik” akan dipaparkan oleh sepuluh narasumber yang kompeten di bidangnya, diantaranya:

  • Prof. Jakob Soemardjo (Budayawan serta Pengajar Seni dan Kebudayaan);
  • Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang, M.A. (Pengamat Budaya, Peneliti, serta Pengajar Seni dan Kebudayaan);
  • Nyoman Erawan (Seniman, Tokoh Budaya Bali);
  • Eldwin Pradipta (Seniman Seni Media Baru);
  • Deni Junaidi, S.Sn., M.A. (Peneliti dan Pengajar Seni Rupa);
  • Bandaro A.R. Makoginta (Kurator Seni Rupa);
  • Dr. St. Sunardi (Budayawan, serta Pengajar Filsafat, Seni dan Kebudayaan);
  • Prof. Dr. Bambang Sugiharto (Budayawan, serta Pengajar Filsafat, Seni dan Kebudayaan);
  • Buya Mas’oed Abidin (Pengamat Budaya Islam, dan Penulis);
  • Sal Murgiyanto (Seniman, Pengamat Seni Tari, serta Pengajar Seni dan Kebudayaan).

Sedangkan sebagai moderator adalah empat tokoh berikut:

  • Dr. Asril, S.Kar., M.Hum. (Peneliti, dan Pengajar Seni);
  • Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum. (Kurator, dan Pengajar Seni Rupa);
  • Rizki A. Zaelani, M.Sn. (Kurator, dan Pengajar Seni Rupa);
  • Yandri, S.Sn., M.Sn (Seniman, Peneliti, dan Pengajar Seni Rupa).

Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto berharap Seminar Estetik #4 ini dapat menjadi media pengembangan wacana seni rupa melalui pertukaran gagasan, informasi, serta pengalaman dari berbagai pihak yang berdedikasi dan berkecimpung di bidang kesenian khususnya dalam dunia seni rupa. Hasil dari seminar ini akan dikemas dalam bentuk laporan prosiding yang dicetak dan diedarkan Galeri Nasional Indonesia ke berbagai lembaga mitra, termasuk perguruan tinggi seni rupa sehingga dapat menjadi bahan bacaan teoritis yang berbobot. Dengan langkah tersebut, hasil Seminar Estetik #4 dapat diakses berbagai kalangan dengan harapan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan seni rupa Indonesia di masa depan.

 

Jakarta,  Juli 2018